Mengapa ada orang pintar dan ada orang bodoh?, mengapa ada orang yang kaya dan ada orang yang miskin? Apakah Allah tidak adil dengan mentakdirkan fakta ini?
Film animasi dari Nickelodeon "Jimmy Neutron: Boy Genius" episode "Sheen's Brain" mengisahkan tentang Sheen, sahabat Jimmy Neutron, yang selalu gagal dalam ujian karena kemampuan otaknya yang terbatas. Satu-satunya hal yang paling dikuasainya adalah tentang tokoh hero Ultra Lord. Saat harus mengahadapi ujian matematika, Sheen meminta kepada Jimmy agar dapat dibantu dalam menghadapi ujian. Jimmy Neutron si anak jenius kemudian menciptakan "Brain-Gain Helmet", yang membuat Sheen dapat menyelesaikan ujian matematikanya dengan seluruh jawabannya benar. Sheen tiba-tiba menjadi jenius dengan bantuan "Brain-Gain Helmet" ciptaan Jimmy.
Akan tetapi efek sampingnya, kepala Sheen terus membesar seiring dengan kemampuan otaknya yang semakin jenius, bahkan kemudian Sheen memiliki kekuatan mental dan telepati. Menyadari kemampuan barunya, Sheen yang selama ini merasa selalu direndahkan karena kebodohannya, berubah menjadi pongah dan bercita-cita akan menguasai dunia dengan kemampuan otak yang dimilikinya.
Kekuatiran Jimmy Neutron, selain Sheen yang berubah menjadi monster yang kejam, kepala Sheen yang terus membesar sewaku-waktu dapat meledak dan akan mengorbankan jiwa sahabat baiknya itu. Maka berjuanglah Jimmy Neutron dan teman-temannya untuk bisa mengambil "Brain-Gain Helmet" dari kepala Sheen dan mengembalikannya seperti semula.
Cerita ini memang konsumsi anak-anak karena alur ceritanya sederhana, serta disajikan dalam animasi kartun yang menarik dan penuh warna. Tapi setelah pertama kali menonton film ini (karena saya juga penggemar film kartun sejak kanak-kanak), terlintas dalam pikiran saya jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan awal di atas.
Seandainya Allah memberi saya otak yang pintar, atau Allah memberi saya kekayaan, siapa yang bisa menjamin saya tidak akan menjadi sombong, lalu siapa yang akan menjamin bahwa saya kemudian tidak akan menjadi orang yang dholim. Subhanallah, menjadi orang yang kurang pintar atau menjadi orang yang kurang beruntung, bisa jadi merupakan rencana Allah untuk melindungi kita daripada menjadi orang yang sombong dan/atau dholim, disamping sebagai bentuk ujian keimanan dan ketaqwaan.
Bey Arifin, dalam bukunya "Samudra Al-fatihah" banyak mengungkap wujud perlindungan Allah kepada manusia, yang terkadang tidak disadari atau bahkan dihadapi dengan keluhan dan gugatan terhadap keadilan Allah.
Bahkan rasa sakit sekalipun, yang jika dipikir secara sederhana, rasanya aneh, mengapa manusia harus merasakan sakit. Akan tetapi sesungguhnya itulah bentuk perlindungan Allah terhadap fisik manusia yang lemah, rasa sakit menunjukkan fisik kita tidak mampu lagi menahan beban, dan saatnya beban harus dikurangi atau tubuh diistirahatkan sementara, dari pada mengalami kerusakan yang fatal.
Jika kemudian muncul pertanyaan, mengapa Allah memberi kita fisik yang lemah, Saya percaya pada ayat-ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa manusia diciptakan sebagai ciptaan yang terbaik, dan Allah punya rencana dan kehendak atas semua ciptaan-Nya. Dalam kaitannya dengan ujian keimanan dan ketaqwaan, Allah tidak akan menguji manusia melebihi batas kemampuannya.
Lalu apakah karena kita miskin atau bodoh, lalu kemudian kita tetap bertahan dalam kondisi miskin dan/atau bodoh karena Allah sedang melindungi dan menguji kita ?
Menurut pemikiran saya, jawabnya Tidak, karena banyak bagian dalam Al-Quran, yang menjadi 'manual-book' kita, yang memerintahkan kita untuk belajar dan mencari rezki Allah. Artinya, Allah juga sudah punya rencana bagi mereka yang selalu berusaha untuk menambah ilmu dan meningkatkan taraf hidup.
Menurut pemikiran saya, jawabnya Tidak, karena banyak bagian dalam Al-Quran, yang menjadi 'manual-book' kita, yang memerintahkan kita untuk belajar dan mencari rezki Allah. Artinya, Allah juga sudah punya rencana bagi mereka yang selalu berusaha untuk menambah ilmu dan meningkatkan taraf hidup.
Ilmu dan rezki yang didapatkan melalui usaha dan perjuangan akan membuat kita lebih menghargai dan mensyukuri apa yang sudah kita dapatkan. Dan prosesnya merupakan suatu pembelajaran agar kita menjadi tetap atau semakin rendah hati, serta peduli sesama.
Ini pendapat saya, kalau ada yang salah, semata-mata karena keterbatasan saya.
No comments:
Post a Comment